bia
2 min readDec 5, 2023

Barata mengikuti langkah Jenggala ketika bocah laki-laki yang hari ini genap sepuluh tahun itu menuntunnya untuk menemui seseorang yang dia sebu-sebut sebagai ‘Kak Amara’.



“Itu Kak Amara, Papa. Ayooo...”



Jenggala masih menyeret Barata untuk mengikutinya. Bocah itu menunjuk sosok perempuan dengan baju putih yang berdiri sendirian di antara puluhan orang yang mengisi tempat itu. Ketika Barata mengikuti arah tunjuk sang putra, dia cukup terkejut karena sorot matanya bertemu dengan sorot mata gadis itu. Timbulkan debaran pada dadanya selama beberapa saat.

Amara cantik. Persis seperti yang Jenggala katakan.



“Kak Amara!” suara Jenggala menyadarkan dia dari lamunannya. Tau-tau, kini dia sudah berdiri tepat di depan gadis itu. “Papa, ini Kak Amara. Jenggala sudah ceritakan sebelumnya pada Papa, Papa ingat kan?”



Barata mengangguk kecil. Terlihat sedikit salah tingkah entah karena apa. Dia mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri.



“Barata. Papanya Jenggala.” Uluran tangannya disambut baik oleh gadis itu. Ditatapnya wajah gadis dan Barata menyadari bahwa sebenarnya wajah gadis itu cukup familiar. Seperti pernah atau sering bertemu sebelumnya.

Amara menyambut uluran tangan itu dengan gemetar. Perasaanya tak karuan. Ditatapnya wajah Barata yang sangat lama tidak dia lihat.

Benarkah saat ini dia tengah berhadapan dengan cinta pertamanya waktu SMA?

"Kla Amara." balas gadis itu singkat.

“Jenggala sering cerita tentang kamu, katanya kamu teman barunya." ujarnya untuk basa-basi. "Maaf ya kalau Jenggala sering mampir dan bikin rusuh di cafe kamu.”



“Ah–enggak kok.” Amara menyanggahnya dengan imbuhan senyum kaku.



Senyum itu–Barata yakin dia pernah melihatnya.



“Oh iya, ini kado untuk kamu. Selamat ulang tahun, Jenggala.” usai melepaskan jabat tangannya, Amara menyerahkan paperbag berisi kado untuk Jenggala yang dia bawa dari rumah.



Jenggala menerimanya dengan senyum lebar. "Thank you, Kak Amara!”



“Amara–”



Tiba-tiba saja Barata memanggilnya. Membuat gadis itu mengangkat kepalanya untuk kembali menatap Barata.



“Sorry–tapi kita pernah ketemu sebelumnya?” []